MENJAGA MARWAH GURU HEBAT DAN BERMARTABAT Di JAMAN DIGITALISASI

$rows[judul] Keterangan Gambar : Subari sedang menempuh Program Doktor di Universitas KH., Abdul Chalim Pacet Mojokerto Jawa Timur

Menjaga Martabat Guru-guru Agung dan Terhormat


Oleh : Subari, SE.S.Sos.M.Pd

Hari Guru diperingati setiap tahun untuk menghormati profesi yang mulia. Apa sebenarnya makna hari itu apa sekedar ucapan dan potong tumben selesai. Sebenarnya ada beberapa makna hari guru yang berkesa,

Mengajar dapat menjadi pekerjaan sekaligus panggilan, sebuah jalan yang membuat pekerjaan tersebut bermanfaat dan berdampak besar. Seorang guru yang menjawab panggilan ini akan memiliki ketahanan, kesabaran, dan semangat berkorban, yang memungkinkan mereka memberikan yang terbaik dan melihat usaha mereka sebagai bentuk ibadah.Guru saat melakukan profesi nya  penuh tantang dan cairan dari masyarakat. 

Dalam bahasa Jawa, istilah "guru" adalah seseorang yang dapat dipercaya dan ditiru. Artinya, guru adalah panutan, contoh bagi murid-muridnya, yang membedakan profesinya dengan profesi orang lain.

Namun, guru sering kali menghadapi perlakuan tidak baik dari orang tua atau wali saat menjalankan tugasnya di lingkungan pendidikan. Guru mendidik, menilai, dan mengevaluasi siswa. Jika perilaku tidak ideal, salah satu tugas mereka adalah mengoreksi dan memperbaikinya. Masyarakat terkadang mengabaikan tantangan yang dihadapi guru dalam mendidik siswa dari berbagai latar belakang dalam satu kelas.

Ada beberapa dampak positif bagi guru yang memandang pekerjaan mereka sebagai panggilan:

1. Kebanggaan dari siswa, sekolah, dan masyarakat ketika siswa mencapai keberhasilan.

2. Rasa kepuasan yang luar biasa, karena guru merasa telah melaksanakan tugasnya dengan baik bahkan ketika siswa menghadapi kesulitan.dia membantu nya. 

Jika seorang guru memiliki pola pikir positif dan berusaha memberikan yang terbaik, mereka akan menemukan kegembiraan dalam pekerjaan mereka.

Penulis disini mencoba mengkategorikan guru menjadi dua jenis: mereka yang menganggap mengajar hanya sebagai pekerjaan, dan mereka yang mengira sebagai panggilan jiwa.

a. Mengajar sebagai Pekerjaan: Guru-guru ini mengikuti prosedur operasi standar dan bekerja sesuai aturan yang ditetapkan oleh lembaga mereka. Mereka menerima gaji bulanan sebagai imbalannya. Menurut pakar pendidikan Prof. Wahyudi, jika guru memperlakukan mengajar hanya sebagai pekerjaan, mereka mungkin menerima gaji tetapi kehilangan berkah dari profesi tersebut.

b. Mengajar sebagai Panggilan jiwa Pendekatan ini melibatkan keinginan pribadi yang kuat untuk menekuni profesi mengajar. Di sini, seorang guru tidak hanya mendapatkan gaji tetapi juga memperoleh berkah dengan mengajar dengan ketulusan dan kesabaran. Guru-guru ini tidak merasa menyesal atau putus asa dengan profesinya. Inilah roh dalam diri guru bisa menjadi makna yang tak ternilai harganya. 

Ahmad Tafsir dalam bukunya Pendidikan Sebagai Suatu Profesi (1992) menguraikan kriteria-kriteria suatu profesi, yaitu:

1. Memerlukan keterampilan khusus.

2. Memenuhi panggilan.jiwa

3. Berlandaskan pada teori-teori universal.

Atribut profesional saat ini meliputi pengetahuan atau keterampilan khusus, standar moral yang tinggi, dan komitmen untuk melayani masyarakat di atas kepentingan pribadi.

Tantangan yang Dihadapi Guru di Era Digital:

Guru menghadapi banyak tantangan, termasuk:

Memahami Kebutuhan Siswa: Guru harus mengenali gaya belajar, minat, bakat, dan potensi siswa.

Membangun Karakter Siswa: Guru membimbing, membimbing, dan mengevaluasi siswa sekaligus menjadi panutan dan orang tua kedua.

Menciptakan Pelajaran yang Menarik: Guru harus kreatif dan inovatif untuk menyampaikan konten secara efektif.

Menjaga Hubungan Siswa: Guru harus berinteraksi dengan siswa dengan cara yang ramah untuk menumbuhkan lingkungan yang mendukung.

Pengembangan Profesional: Guru harus meningkatkan keterampilan mereka dan tetap relevan dengan kemajuan modern.

Mengikuti Kemajuan Teknologi: Guru perlu beradaptasi dengan perubahan teknologi, seperti Industri 4.0 dan globalisasi.

Memahami Perbedaan Generasi: Guru harus menjembatani kesenjangan antara generasi mereka sendiri dan generasi muda seperti Milenial dan Gen Z dengan beradaptasi dengan teknologi baru.

Mengenali Karakteristik Siswa yang Beragam: Guru menghadapi beragam kepribadian siswa, yang membutuhkan empati dan kesabaran.

Mempersiapkan Materi Pengajaran: Guru harus siap untuk mempersiapkan dan mengadaptasi materi pengajaran untuk tahun ajaran.

Menegakkan Disiplin Kelas: Guru perlu menanamkan disiplin melalui proses bertahap yang menumbuhkan empati, pengertian, dan akhirnya transformasi perilaku.

Masyarakat mungkin tidak selalu memahami kompleksitas pengembangan perilaku siswa, yang melibatkan lebih dari sekadar instruksi tetapi juga evaluasi dan koreksi.


Menurut penulis, tantangan-tantangan ini dapat diatasi melalui kerja sama antara guru, siswa, dan orang tua. Komunikasi yang terbuka mendorong interaksi yang saling menguntungkan menuju tujuan bersama.


Jika guru mampu bangkit menghadapi tantangan tersebut, niscaya martabat dan kehormatan profesinya akan terpelihara, serta mendatangkan keberkahan di dunia dan akhirat.

Tentang Penulis: Subari, SE., M.Pd adalah seorang guru di SMPN 1 Pandaan dan seorang mahasiswa pascasarjana di Universitas KH. Abdul Chalim.Pacet Mojokerto jawa Timur

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)