PELAJAR PANCASILA MENUJU INDONESIA HEBAT
Oleh ;
Andri Nurhidayat
Mahasiswa Magister Teknologi Pendidikan
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Merdeka belajar menjadi salah satu pendorong peserta didik menjadi pemimpin. Peserta didik sebagai pemimpin harus mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan setiap peserta didik sangat dimungkinkan berbeda satu dengan lain. Mereka harus dapat berpikir bagaimana cara menggapai tujuan tersebut. Lebih lanjut, mereka harus mampu melibatkan segala aspek pada dirinya untuk meraih yang diinginkan. Aspek-aspek tersebut dapat berupa ide, tenaga, waktu, dan aktivitas. Ide yang kreatif akan menghasilkan karya yang spektakuler. Tenaga yang digunakan tidak sia-sia. Waktu tidak berlalu tanpa makna. Aktivitas yang bervariasi sesuai kegemaran dan situasi mereka.
Memberi salam dan menjawab salam kepada teman dan guru sebagai wujud silaturahmi agar tumbuh rasa kekeluargaan yang harmonis dan diridoi Allah SWT. Berdoa sebelum belajar agar belajar kita dimudahkan dalam penguasaan materi yang dipelajari. Jujur dalam menjawab soal tanpa menyontek. Saling tolong-menolong jika teman sedang sedih atau kesusahan, bukan saling tolong-menolong saat ujian. Hal-hal tersebut sebagai wujud “beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia”.
Saling menghargai pendapat. Bersatu tidak harus sama semuanya. Tetapi berbeda pendapat yang saling peduli agar diperoleh mufakat. Tanpa melibatkan suku, agama, ras, golongan, dan sosial ekonomi dalam menarik simpulan. Hal tersebut sejalan dengan profil pelajar Pancasila yang “berkebhinekaan global”.
Pelajar dapat ikut membantu korban bencana alam dengan menyisihkan uang sakunya untuk berbagi kepada saudara kita yang terdampak bencana. Ikut dalam kegiatan karang taruna yang menggalang dana bantuan anak yatim piatu. Sumbahsih di atas tergolong “gotong royong”
Berusaha mengerjakan sendiri pada segala aktivitas. Tanpa ragu-ragu menuangkan ide, tenaga, dan waktunya untuk mencoba menemukan hal-hal baru. Sebaliknya, peserta didik yang selalu menunggu bantuan akan semakin tertinggal dengan mental yang runtuh karena kepercayaan dirinya sirna. Bantuan yang diperlukan hanya konsep abstrak saja. Peserta didik akan berimajinasi sesuai sudut pandang yang dia miliki saat itu. Praktik di atas menunjukkan sikap “mandiri”.
Situasi saat ini dengan maraknya berita hoax memerlukan pemahaman dahulu sebelum bersuara dan bertindak. Dengarkan dengan seksama, jangan ada yang terlewat lalu resapi. Kita perlu menggunakan analogi logika kebenaran berita. Melakukan konfirmasi kepada pihak terkait. Saring dahulu sebelum sharing baik melalui media sosial atau dari mulut ke mulut. Proses tersebut merupakan “bernalar kritis”.
Peserta didik diarahkan untuk membuat produk yang bermanfaat untuk khalayak. Produk khas Indonesia yang bisa dijual sebagai produk kebanggan anak Indonesia. Pembuatan mi dari batang pohon pepaya bisa diperkenalkan sebagai produk dengan nilai gizi tinggi dan lebih sehat. Penemuan lain dengan bahan khas asli Indonesia yang dikemas lebih moderen dan lebih berguna untuk dunia. Penemuan-penemuan tersebut termasuk kategori “kreatif”.
Dengan bekal iman dan takwa kepada Tuhan YME yang kuat, menerapkan berkebhinekaan global, bergotong-royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif sebagai wujud profil pelajar Pancasila, pelajar Indonesia akan sanggup berdiri tegak dihadapan dunia dengan penemuan-penemuan mutakhir. Bahan asli Indonesia yang menggunakan merek dagang keIndonesiaan yang disukai dunia. Pelajar Indonesia akan dapat menghasilkan produk yang laku pesat di pasaran internasional karena ciri khas keIndonesiaan dan sangat bermanfaat. Mari bimbing dan dampingi pelajar Indonesia menjadi pelajar Pancasila sehingga terwujud Indonesia hebat.
Tulis Komentar