Menggali Hari jadi kota Pasuruan Ke 336Hari jadi kota Pasuruan 336

$rows[judul] Keterangan Gambar : Aktivis peduli lingkungan dan praktisi peduli budaya serta pendidikan meyusun acara menerbitkan puisi saat HUT kota Pasuruan ke 336


Menggali Persiapan Hari Jadi Kota Pasuruan ke-336 (Bagian 1)

berikut laporan Agus Harianto Redaktur Wartapro.com


PASURUAN - Warta Pro.com  (26/1)

Hari Jadi Kota Pasuruan yang ke-336 akan jatuh pada 8 Februari 2022. Hingga saat ini masih belum terasa gebyarnya, termasuk tema yang dilekatkan padanya.

Banyak even kolosal yang perlu disyiarkan secara publik agar mereka bisa menyiapkan kontribusi yang perlu diberikan sebagai wujud demokrasi partisipatif. Partisipasi publik ini menjadi satu indikator Kota Pasuruan menjadi kota yang hidup. 

Makanya,  tiga orang yang peduli kota Pasuruan, H. M. Roem Latif, S. H., seorang budayawan dan penggali hari jadi Kota Pasuruan, kang Sobari, SE.M.Pd ., seorang aktivis peduli lingkungan ,dan praktisi pendidikan, serta Jurnalis menyoroti tentang pemerintahan kota Pasuruan kepemimpinan  Saifullah Yusuf .


Agus Harianto, seorang intelektual dan penulis produktif, pada hari ini (26/1) mendiskusikan perihal pelaksanaannya. 

Mereka membicarakan peringatan hari jadi yang seharusnya lebih bersifat aktivitas pembauran, artinya tidak hanya mempertontonkan tradisi kaum pejabat yang terkesan ningrat dan priyayi saja. Nilai-nilai pluralitas dengan semangat bhinneka tunggal ika kurang menjadi prioritas utama. Rakyat dan tradisinya seakan tak perlu dipromosikan. 

"Harusnya pelaksanaan hari jadi menjadi syiar kultur dan tradisi khas Kota Pasuruan. Nilai keberagaman sudah ada sejak zaman dulu kala di kota ini. Keragaman tumbuh dan berkembang menjadi pilar tegaknya Kota Pasuruan sebagai kota inklusif dan toleran," kata Bang Roem, panggilan akrab Roem Latif, dengan semangat menyala-nyala. 

Apa yang dikatakan Roem memang harus dijadikan pertimbangan  mengambil kebijakan oleh Walikota-Wakil Walikota. Jadi, pelaksanaan hari jadi kota Pasuruan perlu didekonstruksi untuk kepentingan yang lebih luas. 

"Perubahan menjadi indikasi bahwa suatu kota akan cepat maju karena mudah beradaptasi dengan sesuatu yang baru. Untuk menata kota dan evennya, perubahan adalah sebuah keniscayaan, khususnya perubahan ke arah transformasi sosial, " kata Agus dengan meyakinkan. 

Untuk menunjukkan kota yang cerdas, kreatif dan maju , Agus menambahkan, eksistensi kota sangat ditentukan oleh smart people. Merekalah yang seharusnya mendapat keuntungan dari even yang disuguhkan Pemkot Pasuruan, bukan hanya segelintir orang saja. 

"Apa yang seharusnya dilakukan Pemkot Pasuruan adalah merumuskan kembali pelaksanaan hari jadi yang mampu membahagiakan semua orang, dan peduli khususnya rakyat jelata," kata Sobari aktivis Peduli lingkungan . 

Apa yang dilakukan oleh tiga orang ini merupakan satu langkah memikirkan Kota Pasuruan agar lebih baik.

Kepedulian menjaga Kota Pasuruan merupakan satu bentuk kontribusi faktual yang tidak banyak dilakukan orang. 

Langkah awal ini diharapkan akan mampu memberi kontribusi riil sebelum pelaksanaan hari jadi setiap tanggal 8 Februari. 

Semoga sekelumit ide ini menjadi pencerahan bagi pembuat kebijakan sehingga mereka terketuk hatinya untuk memperingati hari jadi Kota Pasuruan dengan rasa kemanusiaan dan pluralitas.  (Gus/sob/Roem)

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)