Yogyakarta Menyimpan Seribu Seni dan BudayaKesenian yogyakarta

$rows[judul] Keterangan Gambar : Kota Yogyakarta yang menyimpan seribu kesenian dan budaya yang memikat bagi wisatawan


Kota Yogyakarta menyimpan seribu kesenian yang indah dan menarik bagi wisatawan 

Berikut laporan  Agus Harianto, Redaktur Wartapro.com langsung dari kota gudeg Yogyakarta.

Ketika orang pergi ke Yogyakarta, destinasi yang paling banyak dibicarakan adalah Malioboro atau lainnya. Mengapa Malioboro menjadi menarik bagi para wisatawan, khususnya wisatawan tujuan lain?

Ada hal menarik di tahun terakhir ini ketika kita pergi ke Yogyakarta dengan fenomena yang baru.

Fenomena maraknya kiprah Trisuaka, Nabila Maharani, Zinidin Zidan, Valdi Nyong, dll. menjadi penilaian baru bagi Yogyakarta. Ketika kita akan pergi ke Yogyakarta dan bercerita ke teman, tetangga atau sanak-saudara, tentu mereka akan bilang, “Jangan lupa kunjungi Kafe Pendopo Lawas dan lihat penampilan Trisuaka dan kawan-kawannya.” Musik jalanan telah ikon di Yogyakarta. Jika banyak orang minder berbicara tentang pengamen jalanan sehingga tak banyak yang ingin mengikuti jejak menjadi pengamen jalanan atau di kafe-kafe.  

Saat ini, banyak hal menarik yang bisa disaksikan berkenaan perkembangan musik pinggiran. Hampir di banyak rumah makan, mulai dari kelas menengah ke atas, kita bisa menyaksikan ada beberapa orang yang mengamen dan mengharap kontribusi uang seikhlasnya dari orang-orang yang datang ke rumah makan tersebut. Apa pun tuduhan orang, alunan musik tetap berjalan seperti air mengalir. Karena banyak orang yang suka menyanyi, peristiwa ini menjadi hal menarik untuk menghibur dan menghilangkan terjangkitnya penyakit-penyakit berat, seperti stres, depresi, stroke, dll.  

Selain di rumah makan-rumah makan, para pengamen jalanan juga bisa dijumpai di beberapa perempatan jalan. Satu orang menyanyi di hadapan para pengendara mobil dan motor dan, setelah itu, mereka meminta uang ke para sopir. Biasanya ia hanya melantunkan satu lagu saja karena kapasitas lampu merah hanya sebatas satu lagu saja. Setelah itu, seiring dengan pergantian kendaraan yang hadir di momentum lampu merah, ia menyanyikan satu lagu lagi. Begitu seterusnya. Musik benar-benar menjadi bagian terdalam dalam diri manusia, baik pemain atau penikmat musik. 

Berkenaan pengaruh musik dalam diri manusia, Edward Bulwer-Lytton mengatakan, “Musik, setelah dimasukkan ke dalam jiwa, menjadi semacam roh dan tidak pernah mati.” Apa yang dikatakan Lytton menjadi inspirasi pemain dan penikmat musik untuk terus bernyanyi dan menghibur siapa saja. Meskipun terkadang suaranya pas-pasan saja. Di kalangan pejabat, termasuk kepala sekolah, guru, karyawan, dll. sedang menggandrungi berkaraoke ria.  

Apa pun teknik pelaksanaan ‘menjajakan’ musik ke semua lini masyarakat, hal yang penting adalah bagaimana bisa membuat orang lain bahagia dengan suguhan-suguhan irama musik. Dengan kata lain, musik harus dikemas dengan cara yang profesional, meskipun berasal dari musik pinggiran. Trisuaka sudah menunjukkan betapa perjuangan maksimal akan menghasilkan hasil maksimal pula. Ketika awal-awal hanya mengharap recehan dari café-café atau saweran dari beberapa orang, tapi sekarang sudah lebih dari itu. 

Bagi Trisuaka, uang dari kafe saat ini tidak terlalu ngefek. Ia jauh mendapatkan lebih banyak dari youtube. Tempat di mana ia pertama kali mengembangkan potensi diri, Kafe Pendopo Lawas, sekarang menjadi tempat favorit bagi kalangan muda, khususnya. Dengan suguhan lagu-lagu: Aku Bukan Jodohnya, Buih Jadi Permadani, Emas Hantara, dll. menjadi lantunan lagu-lagu di hati generasi milenial. Mereka rela inden beberapa hari dan membayar berapa saja asal bisa bertemu dengan pujaan hati mereka. Memang benar apa yang pernah dikatakan Friedrich Nietzsche, seorang filsuf Eksistensialisme kawakan: “Tanpa musik, hidup akan menjadi suatu kesalahan." 

Dari perjalanan Trisuaka dan kawan-kawan, hal yang penting diperhatikan adalah: (1) kenali dan gali potensi diri, (2) segala tindakan harus dikemas secara profesional, (3) jangan mudah menyerah, (4) jaringan kemitraan menjadi sesuatu yang tak bisa dinafikan, (5) proses differensiasi harus dilakukan untuk menyuguhkan musik dengan nuansa yang unik dan superior, dll.  

Akhirnya, semoga Trisuaka Effect ini tidak hanya terjadi di Yogyakarta tapi juga di Kota Pasuruan dengan beberapa improvisasi. Yang penting dalam suguhan seni musik adalah upaya membangun aset sebagai ciri profesionalitas. Kata Kiyosaki (2005) dalam Business School, dari asset inilah kita bisa memperoleh uang dan memperoleh passive income. Aset bisa dalam bentuk musik jalanan yang dikemas secara profesional. Semoga kita bisa!

[ Bersambung...)


Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)