Ganti menteri Pendidikan Ganti Kurikulum .
Oleh : Subari. M.Pd
Anggota ISNU PAC kraton Pasuruan Jawa Timur
Pendidikan di Indonesia masih kalah dengan negara tetangga, hal ini dilihat dari rangking sebagai Negara urutan ke 163_164 literasi atau membaca.
Mengapa hal ini terjadi di negara Indonesia, menurut pengamatan kang sobari pengamat pendidikan dan calon Doktor dari Universitas KH., Abdul Chalim (UAC) Mojokerto jawa Timur. pertama, Ganti Mentri Pendidikan Ganti Kurikulum yang menyebabkan program belum tuntas ganti Kurikulum. Kedua, Guru sebagai pendidik di bebani urusan Administrasi yang menyita waktu mendidik. Ketiga guru kurang kreatif dan inovatif dalam mengajar. Ketiga Gaji guru masih di bawah standarisasi.
Dari masalah diatas kita bisa membayangkan jika mengapa pendidikan di negara kita kalah dengan negara tetangga, padahal sumber daya alam yang melimpah belum diolah oleh sumberdaya manusia yang mumpuni.
Jika melihat sejarah pergantian Kurikulum dari tahun ke tahun itu mencari format yang pas yang dapat di tetapkan di negara Indonesia. Kurikulum merdeka yang di lakukan akhir akhir masih belum menjawab semua fenomena di sistem pendidikan di Indonesia.
"Jika kami perhatikan, jika Ganti menteri Pendidikan pasti ganti Kurikulum, " Jika melihat ini akan terus terjadi di setiap pergantian pemimpin akan merubah kebijakan Kurikulum yang ada, bahkan belum tentu kebijakan Kurikulum yang baru lebih baik daripada Kurikulum yang lama.
Memang kebijakan perubahan Kurikulum itu tergantung dari keputusan menteri pendidikan, jika menteri pendidikan akan merubah kebijakan pergantian Kurikulum baru tanpa mengajak para pakar pendidikan dan stakeholder lembaga pendidikan maka tidak akan lama lagi digantikan Kurikulum baru lagi. Menteri pendidikan sebelum memutuskan kan pergantian Kurikulum harus mendengakan para pelaku pendidikan dengan mengajak para perwakilan Guru dan dosen untuk merumuskan bagaimana menerapkan kebijakan Kurikulum baru di negara Indonesia.
Jika menurut sejarah perkembangan Kurikulum pendidikan di Indonesia hingga saat ini telah mengalami beberapa perubahan dan perbaikan.
Perubahan dan pembaruan kurikulum adalah suatu keharusan dalam dunia pendidikan. Beberapa alasan mengapa kurikulum harus diubah dan diperbaharui adalah sebagai berikut:
1. Menyesuaikan dengan Tuntutan Zaman
Perubahan kurikulum diperlukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan tuntutan zaman yang terus berkembang. Kurikulum harus mampu mengintegrasikan perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai budaya yang relevan dengan kehidupan masa kini.
2. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Pembaruan kurikulum bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menghadirkan metode pengajaran yang lebih efektif, inovatif, dan interaktif. Kurikulum yang diperbaharui juga dapat mendorong pembelajaran berbasis keterampilan (skill-based learning) untuk mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan masa depan.
3. Mengakomodasi Kebutuhan Peserta Didik
Setiap peserta didik memiliki keunikan dan kebutuhan yang berbeda. Kurikulum yang disesuaikan dengan keberagaman siswa dapat memberikan kesempatan yang sama bagi setiap individu untuk berkembang sesuai potensinya.
4. Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumber Daya
Pembaruan kurikulum juga dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya pendidikan, seperti buku teks, perangkat teknologi, dan fasilitas yang ada. Dengan kurikulum yang relevan, sumber daya dapat digunakan secara lebih efisien.
5. Menyongsong Perubahan Global
Perubahan kurikulum juga harus mempertimbangkan perkembangan global, termasuk perubahan dalam ekonomi, politik, dan sosial. Kurikulum yang disesuaikan dapat membantu menghadapi tantangan global dan mempersiapkan generasi mendatang untuk berperan aktif dalam lingkungan yang lebih luas.
Faktor-faktor Apa Saja yang Mempengaruhi Perubahan Kurikulum?
Perubahan kurikulum dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks. Beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan kurikulum antara lain:
1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung mempengaruhi perubahan kurikulum. Perkembangan ilmu pengetahuan baru mengharuskan penyempurnaan dan pembaruan materi pelajaran agar tetap relevan dengan perkembangan zaman.
2. Kebutuhan Dunia Kerja
Dunia kerja juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan kurikulum. Kurikulum harus dapat mempersiapkan lulusan untuk memiliki keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
3. Tuntutan Global dan Standar Internasional
Tuntutan global dan standar internasional dalam dunia pendidikan juga memengaruhi perubahan kurikulum. Seiring dengan adopsi standar global, kurikulum harus diubah agar sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan internasional.
4. Konsultasi dan Partisipasi Stakeholder
Partisipasi stakeholder, seperti guru, orangtua, siswa, ahli pendidikan, dan pemerintah, menjadi penting dalam merumuskan perubahan kurikulum. Konsultasi dengan berbagai pihak membantu menciptakan kurikulum yang mencerminkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
5. Evaluasi dan Penelitian Pendidikan
Evaluasi dan penelitian pendidikan berperan penting dalam menentukan efektivitas kurikulum yang ada. Temuan dari evaluasi dan penelitian membantu mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan kurikulum yang dapat dijadikan acuan untuk perubahan.
Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hingga tuntutan global menjadi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan kurikulum di suatu negara.
Jika melihat Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia
Sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia telah mengalami berbagai fase yang mencerminkan perubahan sosial dan politik negara. Beberapa fase penting dalam sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia sebagai berikut :
1. Rencana Pelajaran 1947 (Kurikulum 1947)
Kurikulum ini dibuat tepatnya setelah dua tahun peristiwa proklamasi kemerdekaan. Penamaan kurikulum ini awalnya masih menggunakan istilah Belanda, yaitu Leerplan. Karena pada masa itu, Indonesia berada dalam pergolakan akibat agresi militer Belanda beserta sekutunya.
Saat membuat kurikulum ini, pemerintah mencoba rancangan sistem pembelajaran untuk para pelajar di masa revolusi yang menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Sehingga belum berfokus pada pendidikan pikiran, melainkan pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat.
2. Rentjana Pelajaran Terurai 1952 (Kurikulum 1952)
Pemerintah melakukan penyempurnaan terhadap Kurikulum 1947 di tahun 1952. Kurikulum ini mengatur pembahasan topik tiap mata pelajaran dengan kehidupan masyarakat harus berkaitan.
Dalam kurikulum ini, berlaku pula ketentuan satu orang tenaga pendidik hanya bisa mengajar satu mata pelajaran saja.
3. Rencana Pendidikan 1964 (Kurikulum 1964)
Konsep pembelajaran dalam Kurikulum 1964 berfokus pada pengembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keterampilan, dan jasmani. Konsep-konsep pembelajaran ini lebih dikenal dengan sebutan Pancawardhana.
Penerapan Kurikulum 1964 di dalam proses pembelajaran dilakukan secara aktif, kreatif, dan produktif. Kurikulum 1964 bertujuan untuk menanamkan pengetahuan akademik dari jenjang Sekolah Dasar (SD).
Selain itu pemerintah menetapkan hari Sabtu sebagai hari bagi siswa untuk berlatih berbagai kegiatan sesuai minat dengan bakatnya.
4. Kurikulum 1968
Kurikulum ini memiliki ciri materi dari jenjang pendidikan rendah memiliki korelasi dengan jenjang pendidikan selanjutnya. Tujuan utama kurikulum ini adalah untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.
Pada Kurikulum 1968 ini pula, sistem penjurusan dimulai pada kelas 2 SMU atau kelas 11. Sekarang penjuruaan di tindakan,
5. Kurikulum 1975
Kurikulum ini mulai digunakan setelah program Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) tahap pertama di masa pemerintahan Orde Baru. Kurikulum ini menekankan pendidikan yang lebih efektif dan efisien.
Kurikulum 1975 juga lebih merinci metode, materi, dan tujuan pengajaran dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sehingga memunculkan istilah satuan pelajaran (rencana pelajaran setiap satuan bahasan).
Namun penerapan kurikulum ini ramai dikritik, karena guru menjadi lebih sibuk untuk menuliskan rincian tiap kegiatan pembelajaran.
Beberapa mata pelajaran akhirnya mengalami perubahan nama seperti mata pelajaran ilmu alam dan ilmu hayat diubah menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Mata pelajarn ilmu aljabar dan ilmu ukur menjadi Matematika.
6. Kurikulum 1984
Di tahun 1984 terjadi lagi perubahan kurikulum di Indonesia, karena kurikulum sebelumnya dianggap lambat dalam merespons kemajuan di kalangan masyarakat.
Dalam kurikulum 1984, ditambahkan juga mata pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB).
7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kedua kurikulum ini dibuat dari hasil kombinasi Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984.
Pada praktiknya, kurikulum ini banyak mendapatkan kritikan dari praktisi pendidikan hingga orangtua pelajar. Karena materi pembelajaran dianggap lebih berat dan padat. Kurikulum ini juga menambahkan mata pelajaran muatan lokal seperti bahasa daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.
Dalam Kurikulum ini pula terjadi perubahan sistem pembagian evaluasi pembelajaran dari semester ke caturwulan. Selain itu terjadi perubahan singkatan dan nama SMP (Sekolah Menengah Pertama) menjadi SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama), serta SMA (Sekolah Menengah Atas) menjadi SMU (Sekolah Menengah Umum).
Mata pelajaran PSPB dihapuskan pada penerapan kuriulum ini dan penjurusan SMA dibagi menjadi tiga program, yakni IPA, IPS, dan Bahasa.
8. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004
Setelah 10 tahun Kurikulum 1994 berjalan, kurikulum ini digantikan oleh KBK di tahun 2004.
Dengan berlakunya KBK, sekolah diberi kuasa untuk menyusun dan mengembangkan komponen kurikulum yang mulanya berbasis materi menjadi kompetensi, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah serta peserta didiknya.
Kurikulum ini menekankan 3 unsur pokok kompetensi, yaitu pemilihan kompetensi, indikator-indikator evaluasi dalam penentuan keberhasilan pencapaian, serta pengembangan pembelajaran bagi peserta didik dan tenaga pengajar.
Dalam Kurikulum 2004 ini, pemerintah mengubah kembali nama SLTP menjadi SMP dan SMU menjadi SMA kembali.
9. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
Kurikulum ini mulai digunakan sejak berlakunya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang dijelaskan dengan lebih rinci dalam Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2003.
Meskipun kurikulum ini hampir mirip dengan KBK 2004, pemerintah hanya menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kemudian tenaga pengajar bisa mengembangkan silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah serta kebutuhan peserta didik di masing-masing daerah.
10. Kurikulum 2013 (K-13)
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan pemerintah menggantikan KTSP 2006. Kurikulum ini menekankan pada pembelajaran berbasis kompetensi dan pendekatan saintifik. Tujuan kurikulum 2013 adalah membentuk siswa yang aktif, kreatif, inovatif, dan mampu menghadapi tantangan abad ke-21.
Ada 4 aspek penilaian dalam K-13 ini antara lain, aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku
11. Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka diperkenalkan oleh Kemendikbudristek pada bulan Februari 2022 sebagai langkah untuk mengatasi krisis pembelajaran (learning crisis) yang cukup lama. Selain itu, kondisi ini diperparah akibat pandemi Covid-19 yang banyak mengubah proses pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh.
Kurikulum ini berfokus untuk mengasah minat dan bakat anak sedini mungkin. Sehingga peserta didik memiliki waktu untuk memahami konsep dan menguatkan kompetensi.
Akibatnya terjadi adaptasi besar-besaran oleh semua elemen sistem pendidikan.
Perkembangan kurikulum di Indonesia merupakan cerminan dari dinamika dan evolusi pendidikan dalam menghadapi berbagai perubahan zaman dan tuntutan global. Pembaruan kurikulum yang terus menerus diperlukan untuk menjaga relevansi dan kualitas pendidikan. Dalam menghadapi tantangan masa depan, pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pengembangan keterampilan, keberagaman, partisipasi stakeholder, dan pemahaman terhadap sejarah perkembangan kurikulum menjadi kunci untuk menciptakan pendidikan yang lebih berkualitas
** Subari adalah Mahasiswa Program Doktor Pasca Sarja di Universitas KH. Abdul Chalim Mojokerto Jawa Timur.
Tulis Komentar