Melihat dan. Mendengar berita ada jamaah Haji tidak bisa berangkat karena beli Visa tiket Furoda, ingin jadi Haji Mabrur, malah Tak bisa Mabur,
oleh ustadz Subari, Santrine Gurdur,
Ketika Visa Langit Ditutup, Onkos Naik Haji Plus Seharga 373,9 – 975,3 Juta Batal Berangkat. Hal ini pe halaman yang paling pahit di alami oleh Travel yang akan memberangkatkan jamaah haji Visa Furoda yaitu Visa undangan dari Raja Arab Saudi yang bisniskan oleh sejumlah Travel.
Haji itu menurut ustadz Subari adalah melakukan Rukun Isam yang ke lima untuk orang mampu.
Namun, itu belum cukup ketika Allah belum mengizinkan menunaikan ibadah haji ke Mekah Madinah. Banyak orang yang mampu dan kaya, bisa membeli apa saja. Termasuk pembelian tiket Ongkos Naik haji (ONH) furoda yang tanpa antri harganya mencapai antara 373,9 – 975,3 juta. Harga semahal itu semua kandas ketika Pemerintah Arab Saudi tidak mengeluarkan visa tersebut. Mari kita simak tulisan ulasan dari kang subari sambil menyeruput kopi merk Pak De.
Harga tiket Visa Furoda bisa mencapai Rp. 975.300.000. Angka ini bisa untuk memberangkatkan 50 orang calon jamaah haji asal Indonesia, atau beli satu unit rumah minimalis ukuran 36 di pinggiran Jakarta, Tapi tahun ini tiket Visa Furoda itu cuma berakhir sebagai tiket ke tanah harapan yang tak pernah dikunjungi, Tanah Suci Mekah dengan sunyi tanpa alasan.
Haji furoda. Jalur istimewa, undangan khusus dari Kerajaan Arab Saudi. Bukan kuota reguler. Bukan haji plus. Ini adalah tiket langit untuk para sultan bumi. Yang menolak sebelum 30 tahun seperti rakyat Jelata. Yang ingin melewati surga dengan cepat, senyap, dan mahal. Tapi rupanya, surga bukan seperti konser Coldplay, tidak bisa membeli tiket VIP hanya karena saldo rekening masuk enam digit di depan koma.
Menurut Ketua Umum Himpuh, Muhammad Firman Taufik, dikutip dari pernyataannya di medsos, tahun 2024, biaya haji furoda berkisar dari Rp 373,9 juta hingga Rp 975,3 juta. Sementara haji plus mulai dari Rp 159,7 juta. Di atas kertas, perbedaan ini sepadan, fasilitas mewah, hotel mepet Masjidil Haram, makanan halal yang lebih halal dari halal, dan tentu saja, wibawa spiritual eksklusif. Tapi apa daya, ketika gerbang langit enggan terbuka, semua itu hanya jadi mimpi dalam koper Samsonite.
Arab Saudi menutup penerbitan visa furoda tanpa keterangan. Tanpa klarifikasi. Tanpa izin. Seperti pacar ghosting setelah dua tahun pacaran dan sudah nonton acara keluarga. Direktur Jenderal PHU, Hilman Latief, bahkan mencatat, dari kuota haji reguler sebanyak 203.320, hanya 203.279 visa yang terbit. Sisanya? Hilang seperti harapan jemaah mujamalah. Bahkan 41 visa yang sudah “dalam proses” pun akhirnya dicoret dari kehidupan, dan mungkin dari histori browser.
Menteri Agama Nasaruddin Umar berkata, ini bukan hanya masalah Indonesia. Banyak negara lain mengalami nasib serupa. Artinya, ini bukan kegagalan lokal. Ini semacam tsunami spiritual global, di mana jemaah kaya dari seluruh dunia serempak ditolak oleh langit. Betapa adilnya Tuhan: menampar semua kalangan tanpa memandang kurs mata uang.
Tapi jangan salahkan pemerintah. Komnas Haji bilang, ini murni urusan bisnis. Salah sendiri terlalu berharap pada sistem yang lebih banyak menjual mimpi dari kepastian. Salah sendiri kalau terlalu yakin bahwa uang bisa membeli apapun, bahkan rukun Islam kelima. Salah sendiri karena mengira visa itu hak, bukan kemauan.
Lihatlah para jemaah furoda yang gagal itu. Wajah-wajah kecewa, pembeli premium, dan ihram impor yang batal disentuh debu Arafah. Mereka pulang ke rumah, bukan dengan oleh-oleh zamzam, tapi dengan beban mental seberat 975 juta. Sementara di ujung kampung, Pak Dullah, yang 17 tahun menjual es tebu di pasar, justru berhasil berangkat lewat jalur reguler, dengan sandal swallow, doa ibu, dan air mata tulus.
Inilah kenyataan ibadah yang tak bisa dicicil. Bahwa panggilan haji bukanlah sesuatu yang bisa dibeli dengan kilauan emas, atau dikunci dalam kontrak legal. Visa itu baru terbit ketika Tuhan berkenan. Sebab Tuhan tidak bisa disuap. Surga tidak bisa disponsori. Ka'bah tidak bisa dipesan melalui agen perjalanan yang menjanjikan “jalur cepat ke akhirat.”
Maka tahun ini, haji furoda bukan hanya gagal berangkat. Ia gagal membuktikan bahwa uang adalah segala-galanya. Sebab di hadapan Tuhan, saldo rekening tak lebih penting dari niat. Visa langit, sayangnya, tidak bisa dicetak dari mesin ATM.
Di salin dan diolah dari berbagai Sumber oleh ustadz Subari, mahasiswa Program S3 Doktor di Universitas KH. Abdul Chalim Pacet Mojokerto Jawa Timur,
Tulis Komentar